Tentang diskon 50%

Gina Raasyidatus Sabiyla
3 min readAug 7, 2023

30 days of writing

Photo by Tamanna Rumee on Unsplash

Baru-baru ini sebuah e-commerce ternama di Indonesia mengadakan diskon besar-besaran. Diskon 50% untuk semua produk yang mempromosikan dagangannya lewat fitur live streaming tiap pukul 8 malam. Siapa yang tidak tergoda?. Apalagi kalau ditambah dengan voucher diskon lainnya, pasti bisa dapat harga yang lebih murah.

Promo ini telah berjalan dari tanggal 4 Juli 2023 hingga awal Agustus, dan tiap pengguna hanya bisa menggunakan sekali dalam satu hari. Jadi selama 1 bulan, bisa dibayangkan berapa transaksi yang telah berlangsung, dan berapa uang yang dihabiskan para pemburu diskon?

Menurutku, promo ini terkesan “memaksa” pembeli untuk membeli dengan dalih,

“kapan lagi ada diskon?”, “kita gak tau kapan diskon ada lagi”, “mumpung lagi murah, beli banyak sekalian”,

jadilah impulsive buying. Saya sendiri juga termasuk yang tidak tahan untuk tidak membeli barang setiap hari. Sebagai orang yang malas cari-cari potongan harga, diskon 50% tanpa perlu mencari-cari kode voucher dan lainnya, sangat menggoda. Bayangkan kalau sehari checkout barang seharga 20.000, kemudian tanpa disadari sudah berlangsung selama 5 kali berturut-turut, pastilah sudah habis 100.000. Baiklah kalau khilafnya hanya 5 hari, tapi kalau setiap hari selama satu bulan. Wah, bahaya!

Kalau dilihat sisi “buruk”-nya, ada beberapa hal yang harus dipikirkan ulang sebelum uang terkikis diskon.

  1. Besar pasak daripada tiang
    Artinya boros. Peribahasa yang diajarkan ketika SD ternyata sangat berguna hingga dewasa. Memperoleh barang impian dengan harga super terjangkau adalah kebahagian semua orang. Tapi beda kalau tanpa disadari uang terkuras sehingga muncul pinjaman uang dimana-mana. Jadi, perilaku boros bisa berdampak buruk di masa depan.
  2. Impulsive buying
    Kasus yang sering terjadi adalah, “mumpung lagi diskon, beli 2 aja sekalian”, “wah, ada sunblock yang lagi diskon, beli ah buat stok, sekalian sunscreen sama body lotion”. Itulah contoh kejadian Impulsive buying. Kita sering kali tak sengaja terbawa oleh tebaran promo-promo sehingga membeli barang-barang yang sebenarnya tidak (terlalu) dibutuhkan.
  3. Panic buying
    Takut, ketidakpastian, pengaruh lingkungan, itulah beberapa penyebab terjadinya panic buying. Sama halnya dengan event diskon 50% yang tidak ada kepastian kapan berakhirnya, sehingga kalimat “mumpung lagi ada diskon” menjadi sebuah dalih.

Nah, sekarang dilihat secara berlawanan, apa pelajaran yang bisa diambil setiap ada event diskon belanja online.

  1. Jadi peluang usaha
    Memperoleh barang harga murah, kemudian dijual kembali dengan harga normal. Definitely was a good idea!
    Hal yang bagus bila tiba-tiba mendadak menjadi pedagang dan berani mengambil tantangan sekaligus mencari untung. Para pedagang dadakan ini bisa menambah pengalaman, belajar promosi dan pemasaran, belajar berinteraksi dengan pembeli, menambah relasi, mengatur harga, dll.
  2. Stok kebutuhan
    Ini adalah alasan paling umum sekaligus paling logis dan tak kalah bermanfaat. Contohnya, membeli sabun lebih banyak di bulan ini dengan harga lebih murah untuk stok bulan. Mungkin pengeluaran akan terasa lebih banyak di awal, tapi setidaknya sudah ada harapan menjadi lebih hemat di bulan depan.
  3. Ikut berperan dalam perputaran ekonomi
    Jika memikirkan proses sampainya paket pesanan ke rumah si pemesan, pasti melewati banyak jalan. Barang diproduksi oleh produsen melibatkan karyawan-karyawannya, kemudian sampai ke penjual, bisa jadi ada sales bagian pemasaran, dipromosikan oleh promotor handal, tak lupa para karyawan di perusahaan e-commerce yang sibuk menjaga performance aplikasi, kemudian baru konsumen memesan, lanjut ke bagian ekspedisi, para admin ekspedisi, para kurir, belum juga para penjual makanan/minuman tempat para kurir mengisi perut, hingga sampailah paket ke rumah.
    Wah, panjang bukan!
    Jadi, satu paket bisa membantu kehidupan berapa orang?
  4. Banyak belajar dari pedagang
    Semangat penjual dalam memasarkan dagangannya patut diapresiasi. Melalui aplikasi, bisa dilihat selama 24 jam, pasti ada toko yang live streaming. Ini menunjukkan kerja keras para pedagang yang selayaknya ditiru. Terlebih lagi mereka diwajibkan senantiasa koar-koar menawarkan dagangan secara online yang mana bukan hal mudah. Harus pandai mendeskripsikan barang, memilih diksi yang memikat, berpacu dengan pertanyaan para pembeli, dan banyak lagi.
  5. Be more thoughtful
    Sebelum tombol checkout dipencet, alangkah baiknya think and rethink dan menjadi penuh pertimbangan dalam segala hal. Sembari latihan menentukan skala prioritas bedasarkan seberapa penting dan mendesakkah barang tersebut untuk dibeli.

Pada akhirnya hanya kita yang bisa mengatur seberapa dalam kita akan merogoh kantong kita. Mau diambil dari kantong kiri ataupun dimasukkan kembali ke kantong kanan, itu kita yang mengatur. Paling penting selalu bersikap bijak ketika ada guyuran potongan harga barang, bisa-bisa tabungan kita ikut kena potong.

--

--